Langsung ke konten utama

Playing Victim

 Bermain sebagai korban adalah perilaku di mana individu memanipulasi situasi untuk menggambarkan diri mereka sebagai korban, sering kali untuk mendapatkan simpati, menghindari akuntabilitas, atau memanipulasi orang lain demi keuntungan pribadi.  Perilaku ini dapat terwujud dalam berbagai konteks, mulai dari hubungan pribadi hingga lingkungan profesional, dan dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi individu yang menunjukkan perilaku tersebut maupun orang-orang di sekitarnya.

 **Ciri-ciri Bermain Korban :**

 1. **Pergeseran Menyalahkan:** Mereka yang berperan sebagai korban sering kali mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain, menolak untuk mengakui peran mereka dalam suatu situasi atau kontribusi mereka terhadap masalah tersebut.

 2. **Penderitaan yang Berlebihan:** Mereka cenderung membesar-besarkan penderitaan atau kesulitan yang mereka alami, terkadang mengarang cerita untuk mendapatkan empati dari orang lain.

 3. **Penolakan untuk Mengambil Tanggung Jawab:** Daripada mengambil kepemilikan atas tindakan atau pilihan mereka, mereka lebih memilih untuk menggambarkan diri mereka sebagai orang yang tidak berdaya atau tidak berdaya, sehingga membelokkan akuntabilitas.

 4. **Perilaku Manipulatif:** Memainkan peran sebagai korban dapat melibatkan taktik manipulasi seperti rasa bersalah, pemerasan emosional, atau serangan gas untuk mengontrol atau memengaruhi orang lain.

 5. **Mencari Validasi:** Individu yang berperan sebagai korban sering kali mencari validasi dan kepastian dari orang lain, mendambakan perhatian dan simpati untuk meningkatkan harga diri mereka.

 **Dampak pada Orang Lain:**

 1. **Hubungan yang Renggang:** Memainkan peran sebagai korban dapat membuat hubungan menjadi tegang, karena orang lain mungkin menjadi frustrasi atau kesal terhadap individu tersebut karena perilaku manipulatif dan kurangnya akuntabilitas.

 2. **Berkurangnya Kepercayaan:** Terus menerus menggambarkan diri sendiri sebagai korban dapat mengurangi kepercayaan dan kredibilitas, karena orang lain mungkin mempertanyakan keaslian klaim dan niat mereka.

 3. **Memungkinkan Dinamika Beracun:** Ketika orang lain secara konsisten memberikan simpati atau memberdayakan mentalitas korban, hal ini dapat melanggengkan dinamika beracun dan menghambat penyelesaian konflik yang sehat.

 **Implikasi legal:**

 Walaupun mempermainkan korban sendiri mungkin tidak mempunyai akibat hukum langsung, namun tindakan yang diambil sebagai akibat dari perilaku tersebut dapat menimbulkan dampak hukum.  Misalnya, menuduh seseorang melakukan kesalahan untuk mendapatkan simpati atau dukungan dapat mengakibatkan tuduhan pencemaran nama baik atau fitnah.  Selain itu, memanipulasi situasi untuk menghindari tanggung jawab hukum atau mengeksploitasi orang lain dapat dianggap sebagai penipuan atau pelanggaran hukum lainnya.

 **Asal Mula Bermain Korban:**

 Akar dari perilaku bermain sebagai korban bisa jadi rumit dan memiliki banyak segi.  Hal ini mungkin berasal dari trauma masa lalu atau pengalaman menjadi korban, di mana individu belajar untuk mengadopsi mentalitas korban sebagai mekanisme penanggulangannya.  Dalam beberapa kasus, hal ini mungkin juga merupakan perilaku yang dipelajari, diperoleh melalui observasi terhadap orang lain atau diperkuat oleh norma-norma masyarakat yang memberi penghargaan pada korban.

 Kesimpulannya, meskipun perilaku bermain sebagai korban mungkin memberikan kelegaan atau validasi sementara bagi individu, hal ini pada akhirnya melanggengkan dinamika yang tidak sehat dan dapat merugikan individu tersebut dan orang-orang di sekitarnya.  Mengenali dan mengatasi perilaku ini sangat penting untuk mendorong akuntabilitas, membangun hubungan yang sehat, dan mendorong pertumbuhan pribadi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Bangga Punya Presiden Djokowi

 **G20 Summit 2022: Indonesia's Presidency and Key Events** Jokowi &  Jou Biden Presiden Amerika Serikat

Menghadap Kiblat

Sesungguh nya Allah swt tidak pernah mempersulit hambanya. Ini tertuang dlm firman yg berbunyi : "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” [Al-Baqarah: 185] Tentang keharusan menghadap Kiblat / Ka'bah seperti yg tertuang dlm surat  Al-Baqarah ayat 144 yg mana ini menentukan salah satu syarat Sah nya melakukan Shalat. Itu tergantung dari kita memahami dg benar arti dari apa yg tersirat dari yg tersurat. Pemahaman orang ada yg sama tapi juga ada yg beda, kembali ke diri masing2. Nah....ini sya mencoba memahami; Ada dua poin nya, yaitu: 1. Siapa yg disembah. 2. Perintah menghadap Kiblat. Yang disembah disini tiada lain adalah Allah Swt bukan Ka'bah. Menghadap Kiblat ini dimaknai utk ke kebersamaan, persatuan, keteraturan, menanamkan disiplin terhadap aturan yg ada.  Dimana umat Islam tersebar di seluruh penjuru dunia. Dan dalam hal ini di buat titik pusat yaitu Ka'bah, semua orang dimanapun berada dibelahan bumi ini kalau Sholat diarahk

Sepi Penonton

POPCORN HARGANYA LEBIH MAHAL DARI TIKET MASUK BIOSKOP   POPCORN HARGANYA LEBIH MAHAL DARI TIKET MASUK BIOSKOP Dulu Bioskop merupakan salah satu tempat keramain, bahkan sampai saat ini.  Karena kondisinya yang ramai, akhirnya menjadi peluang bisnis untuk penjual popcorn.  Banyak yang jualan disekitar gedung Bioskop, meskipun zaman dulu popcorn gak boleh dibawa masuk.  Saat terjadi krisis besar pendapatan bioskoppun ikut jatuh karena kesulitan menjual tiket.  RJ. McKenna yang merupakan General Manager dari 66 Bioskop di US bereksperimen dengan mengundang penjual popcorn buat jualan didalam teater Bioskop.  Hasilnya saat banyak Bioskop yang mengalami kerugian dari penjualan tiket, mereka justru dapat profit sebesar USD 200.000 dari penjualan popcorn atau setara dengan USD 3,5 juta sekarang.  Dari situlah, akhirnya bioskop-bioskop ini memutuskan untuk menjual popcorn sendiri di lobby teater.  Karena terbukti bisa dapat untung dari jualan popcorn, akhirnya merek